Dinas Lingkungan Hidup (LH) DKI Jakarta mengungkapkan, terjadi penurunan kualitas udara yang signifikan dibanding tahun- tahun sebelumnya hingga menjadi sorotan.
Kepala Dinas LH DKI Jakarta, Asep Kuswanto mengatakan, polusi udara yang buruk beberapa waktu lalu bisa terjadi karena berbagai faktor, salah satunya ada rendahnya curah hujan diperiode tersebut.
“Dibandingkan tahun 2022, konsentrasi PM2.5 tahun 2023 cenderung lebih tinggi terutama pada musim kemarau, dipengaruhi munculnya gejala El Nino, yang menyebabkan curah hujan rendah dalam periode lebih lama (hingga Oktober), bahkan pengaruhnya berlangsung hingga bulan Desember,” kata Asep di Jakarta, Kamis (18/1).
Asep mengungkapkan bahwa data tersebut merupakan data tahunan yang diambil dari seluruh Stasiun Pemantau Kualitas Udara (SPKU) yang tersebar diseluruh wilayah Jakara. Saat ini, DLH DKI memiliki 12 SPKU yang bertaraf reference grade dan akan ditambah lagi ditahun 2024 ini.
“Hingga saat ini, Jakarta sudah memiliki 12 SPKU bertaraf reference-grade yang sudah berjalan, dan ditambahkan lagi 9 ditahun ini. Targetnya 25 SPKU reference-grade ditahun 2025, jumlah ini merupakan jumlah yang ideal,” ungkap Asep.
Kehadiran 9 SPKU baru ini diharapkan bisa memberikan data kualitas udara yang lebih maksimal dan bisa jadikan rujukan utama semua pihak. Agar penerapannya maksimal, juga didukung dengan regulasi lain yang bisa menaikkan kualitas udara Jakarta.
“Tahun 2024 ini kita akan kebut penanggulangan kualitas udara di Jakarta. Selain menambah jumlah SPKU, juga menguatkan regulasi peningkatan kualitas udara, salah satunya melalui zona rendah emisi,” ujar Asep.