Intime – Uji coba fasilitas pengolahan sampah menjadi bahan bakar atau “Refuse Derived Fuel” (RDF) Plant Jakarta di Rorotan, Jakarta Utara, menimbulkan masalah bagi warga sekitar.
Warga mengeluh mencium bau busuk dari RDF Plant Jakarta. Bahkan, sebanyak 14 warga terkena infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dan tiga orang terkena infeksi mata.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (LH) DKI Jakarta Asep Kuswanto menuturkan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan DKI Jakarta untuk melakukan kunjungan ke warga yang dilaporkan terdampak tersebut.
“Saya sudah koordinasi kemarin dengan Ibu Kepala Dinas Kesehatan untuk melakukan kunjungan dan melihat kondisi anak-anak tersebut,” kata dia.
Merespon hal tersebut, Gubernur Jakarta Pramono Anung mengatakan Pemprov DKI akan bertanggung jawab mengatasi masalah kesehatan yang dialami warga.
“Sudah saya putuskan, siapapun yang sekarang ini terdampak karena kemarin, kesalahan kami dan saya sudah minta maaf untuk itu. Pemerintah Jakarta bertanggung jawab untuk kesehatannya,” kata dia.
RDF Plant Jakarta mulai dibangun pada Senin (13/5/2024) dan rencananya akan diresmikan operasionalnya pada April 2025.
Fasilitas ini akan menghasilkan residu berupa kepingan-kepingan kaleng, kayu, dan lain sebagainya yang dapat dimanfaatkan sebagai energi alternatif pengganti batu bara pada industri semen.
RDF Plant Jakarta dibangun untuk dapat mengolah sampah 2.500 ton perhari atau sekitar 30% sampah Jakarta. Fasilitas pengolahan sampah yang disebut terbesar di Indonesia ini ditarget dapat menghasilkan minimal 875 ton bahan bakar alternatif setiap harinya.
RDF Plant Jakarta ini akan mengolah sampah dari 16 kecamatan di Jakarta, di antaranya 6 kecamatan di Jakarta Utara yaitu Cilincing, Kelapa Gading, Koja, Tanjung Priok, Pademangan, Penjaringan.
Selain itu, 3 kecamatan di Jakarta Pusat yaitu Cempaka Putih, Kemayoran Baru, dan Senen. Serta 6 kecamatan di Jakarta Timur.