Intime – Pada akhir Agustus lalu, Indonesia dilanda kerusuhan di sejumlah wilayah Indonesia.
Dalam kerusuhan tersebut, massa membakar fasilitas umum, menjarah, hingga bentrok dengan aparat.
Akibat kerusuhan itu, negara mengalami kerugian sangat besar, termasuk kerusakan gedung, kendaraan, infrastruktur publik dan fasilitas umum.
Penasihat senior Lab 45, Andi Widjajanto, menilai intelijen pemerintahan Prabowo Subianto gagal mencegah pecahnya kerusuhan pada akhir bulan lalu itu.
Andi menggunakan istilah “angsa hitam” sebagai metafora untuk menggambarkan skenario terburuk yang seharusnya bisa diantisipasi oleh intelijen.
“Pada 25 sampai 31 Agustus angsa hitamnya muucul, terbang tapi nggak berhasil dibunuh. Itu sudah kegagalan intelijen,” ujarnya dalam podcast GASPOL di YouTube Kompas.com, Minggu (14/9).
Mantan Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) ini menegaskan, kegagalan tersebut harus segera ditebus dengan langkah konkret agar peristiwa serupa tak terulang.
Ia juga menilai pemerintah belum memiliki kejelasan dalam memetakan ancaman, sehingga berisiko besar kerusuhan bisa terjadi lagi.
“Kalau dilihat apa yang dilakukan pemerintah sekarang, mereka bahkan enggak tahu angsa hitamnya balik ke sarang yang mana. Jadi sangat mungkin angsa hitam ini terbang lagi,” tegasnya.
Kerusuhan yang berlangsung selama hampir sepekan itu memicu kerusakan fasilitas publik dan menimbulkan kritik keras terhadap kinerja aparat keamanan, khususnya intelijen.