Anies Berdialog dengan Mahasiswa Doktoral di King’s College London, Ini yang Dibahas

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengawali kunjungan ke Eropa dengan berdiskusi soal teknologi dan kehidupan urban bersama mahasiswa doktoral asal Indonesia di King’s College, London, Inggris.

Mereka membahas beragam tantangan yang dihadapi Pemprov DKI Jakarta pascapandemi dan solusinya.

“Saya senang berdiskusi dengan para mahasiswa doktoral, sebab riset yang kalian lakukan berdasarkan bukti empirik. Setiap mengambil kebijakan, saya selalu memutuskan berdasarkan data dan bukti di lapangan atau policy based evidence, termasuk dalam pemanfaatan teknologi di Jakarta,” ujarnya dalam keterangan tertulisnya, Kamis, (12/5).

Anies, pernah mengenyam pendidikan doktoral di Northern Illinois University, Amerika Serikat ini meminta para mahasiswa doktoral membantu program pemerintah Jakarta. Hasil riset harus dapat diterapkan sebagai solusi mengatasi persoalan di lapangan.

Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu meminta, para mahasiswa membangun jejaring internasional. Dalam diskusi tersebut, Anies mendengarkan paparan hasil riset mahasiswa doktoral Indonesia. Acara tersebut juga dihadiri sejumlah mahasiswa internasional.

Para mahasiswa berasal antara lain dari University of Cambridge, University of Oxford, dan Imperial College London.

Mereka menyajikan hasil penelitian di kota Jakarta tentang sejumlah topik. Mulai dari penanganan Covid-19 berbasis data di ibu kota, manajemen lalu lintas, perluasan layanan pendidikan anak usia dini, dan penggunaan teknologi informatika dalam layanan pemerintahan.

Sandhi Wiedyanoe, Mahasiswa doktoral di Edinburgh Napier University, mengatakan, pemerintah kota Jakarta membutuhkan teknologi transportasi terbaru untuk menata kota pascapandemi Covid-19.

Lalu, dia mencontohkan, pemerintah perlu merancang kebijakan yang mendukung perkembangan kendaraan otomatis dan ramah lingkungan.

Sandhi sedang melakukan riset tentang proyeksi penggunaan kendaraan otomatis di Jakarta. Perwira di Korps Lalu Lintas Polri tersebut menilai kendaraan yang dikendalikan dengan teknologi komputer berpeluang menekan angka kecelakaan, yang sebagian disebabkan faktor kelalaian manusia.

“Angka kecelakaan di Indonesia merupakan salah satu yang tinggi di antara negara ASEAN. Berdasar data Korlantas Polri, setiap jam rerata tiga orang meninggal dunia akibat kecelakaan di jalan, sebagian terjadi di Jakarta,” ujarnya saat memaparkan hasil riset.

Zahratu Sabrina, dosen Spatial Data Science di Kings College London, yang menjadi salah satu pembicara mengatakan Jakarta membutuhkan inovasi di bidang geospasial. Ia mengatakan, Jakarta dan kota besar lain di Indonesia membutuhkan pemetaan kondisi bangunan secara terintegrasi.

Antara lain lokasi, ukuran, tipe, usia, dan peruntukan bangunan. Selama ini Jakarta belum memiliki data tersebut secara menyeluruh.

Padahal, data pemetaan bangunan dibutuhkan untuk melakukan analisa spasial atau pemodelan. “Data bangunan yang menyeluruh dan terintegrasi dapat kita gunakan untuk menata kota lebih baik, termasuk untuk keperluan mitigasi bencana banjir dan gempa bumi,” ujarnya.

Zahratu menuturkan, ia sedang melakukan proyek Colouring Indonesia yang berupaya mengumpulkan beragam data geospasial bangunan. Proyek percontohannya di Jakarta dan Bandung. Ini merupakan bagian dari proyek global Colouring Cities Research yang dilakukan Alan Turing Institute.

Proyek ini sudah dijalankan di berbagai negara, antara lain Jerman, Beirut, Yunani dan Australia. Gatot Subroto, Ketua Doctrine-UK, organisasi independen mahasiswa doktoral Indonesia di Inggris mengatakan hasil riset para mahasiswa doktoral berpotensi besar untuk memecahkan beragam persoalan bangsa.

Sebab riset tersebut bermula dari identifikasi masalah, disertai dengan kajian teori dan riset mendalam di lapangan.

Artikel Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Indonesia Terkini