Oleh: Haerullah
Waktu telah menunjukan jam 3 sore. Saat dalam perjalanan pulang dari Bandung menuju Karawang. Seorang teman bertanya pada saya? Apa yang anda ketahui tentang Purwakarta. Ingatanku seketika tertuju pada Rumah Makan Ciganea dan Waduk Jatiluhuryang terkenal itu. Dua-duanya bagiku memoriable. Tapi jawabanku rupanya salah. “Ah itu sudah usang!,” kata temanku itu.
Dia lalu mengeja hal-hal baru yang ada di Purwakarta. Seketika aku seperti orang baru yang butuh asupan informasi tambahan.
“Purwakarta sudah lebih keren pisan. Ada tempat Nongkrong enak disitu. Namanya Stasiun Kopi Purwakarta. Yang nongki disitu obrolannya nggak kosong, isi pembicarannya daging semua. Tempatnya vintage dan gaya arsitekturnya Londo,” kata rekanku itu.
“Hallah,” jawabku seolah membantah informasi baru itu.
Tapi, dengan cepat informasi itu memunculkan rasa penasaran. Lalu…
“Ok. Baiklah. Kita mampir. Semenarik apa tempat itu. Tempat bernama Kopi Stasiun Purwakarta itu,” kataku.
Mobil melaju pelan memasuki parkiran tempat baru yang dikagumi temanku itu.
Stasiun Purwakarta diresmikan pada 1867, Pada masa kolonial Belanda. Masa saat negeri ini dalam genggaman kekuasaan negeri Belanda. Sejak penggunan jaringan rel kereta api milik swasta dan negara di Pulau Jawa terus meningkat, hingga tahun 1894, jalan rel kereta api dari Jakarta-Bogor-Bandung-Yogyakarta-Solo-Surabaya sepanjang 912 kilometer telah terhubung sempurna.
Di Karesidenan Karawang, eksploitasi kereta api awalnya diselenggarakan oleh Batavia Ooster Spoorweg Maatschappij (BOSM). Sejak dibukanya lintas pertama Batavia-Bekasi pada 31 Maret 1887, BOSM telah berhasil menyelesaikan hubungan rel kereta api Batavia-Karawang pada 20 Maret 1898.
Dalam rencana lintas Karawang-Padalarang, ibukota karesidenan Karawang di Purwakarta menjadi salah satu tempat pemberhentian (stasiun besar) kereta api yang melintasi rute Jakarta-Cikampek-Padalarang-Bandung. Pembangunannya dimulai pada 1901 bersamaan dengan proyek lintas tersebut.
Arsitektur Stasiun Purwakarta tergolong sederhana. Fasadnya jamak ditemui pada bangunan stasiun lain yang dibangun pada periode 1880-1910. Umumnya ciri khas stasiun-stasiun seperti ini adalah masih ada pengaruh gaya arsitektur bangunan Yunani kuno (era 1880-1889), asimetris, semua sisi dalam satu kesatuan bentuk.
Pada elemen jendela, dinding, atap, pintu, dan lain-lain disusun menyatu dalam satu komposisi bangunan. Stasiun Purwakarta yang persegi panjang menyerupai Stasiun Tanjung Priok Lama (lokasinya di dermaga), yaitu sedikit memiliki ornamen.
Bangunan Stasiun Purwakarta telah ditetapkan sebagai bangunan heritage. Stasiun Purwakarta (PWK) terletak di Jl. Kolonel Singawinata No. 1, Nagritengah Purwakarta. Stasiun yang terletak pada ketinggian +84 meter ini berada di Daerah Operasi 2 Bandung.
Di area Stasiun Purwakarta itu cafe Stasiun Kopi Purwakarta berdiri kokoh. Tempatnya. Ok, bingits. Pelayanannya baik. Kudapannya enak. Terlebih singkong Thailand dan Kopi Arabika Sidikalang Panas. Kombinasi komplit yang akan membuat badan lebih hangat sekaligus membawamu pada memori-memori lama.
Anda akan terbawa pada kenangan masa lalu yang boleh jadi ikut menuntun jalanmu hingga seperti hari ini. Masa lalu yang boleh jadi membentuk karaktermu saat ini. Mungkin saja kenangan itu pahit. Tapi aku percaya;
“Puncak kenikmatan kopi justru pada rasa pahitnya. Bukan manisnya”. Tak terasa, kopiku sudah berada di detik-detik terakhir. Tandas di dasar gelas menemani obrolanku dengan seorang teman.
Tempat ini memang layak dikunjungi. Setidaknya masuk dalam daftar lokasi yang pantas untuk dikunjungi. Jika penasaran silakan berkunjung ke “Kopi Stasiun Purwakarta” Sambil menikmati ornamen bangunan tua yang masih utuh dan nyeruput kopi panas.