Intime – Tepat hari ini Minggu 22 Juni Jakarta genap berulang yang ke-498. Ketua Umum Lembaga Kebudayaan Betawi, Beky Mardani, menyebut Jakarta sebagai mozaik keberagaman paling representatif di Indonesia.
Hal itu, kata Beki, menjadi modal yang bagus bagi Jakarta, saat hendak memposisikan diri sebagai kota global. Keistimewaan dalam meramu dan menjaga keberagaman selama ratusan tahun ini jarang dimiliki oleh daerah lain di Indonesia.
Sebagai mozaik keberagaman, di Jakarta tumbuh budaya lokal, nasional, dan global. Mulai dari pementasan lenong, pameran kuliner nusantara, hingga festival jazz internasional. Jakarta setiap hari tidak hanya menyapa warganya, tapi juga warga seluruh Indonesia yang berinteraksi bisnis dan jasa di Jakarta, dan warga dunia yang menjadi pelancong dan tamu negara.
Fonemena itu bahkan sudah ada sejak Jakarta masih bernama Sunda Kalapa, pelabuhan besar yang berada di bawah pengaruh Kerajaan Pajajaran. Hal yang terus dipertahankan hingga kini dan insyaallah kelak, ketika usia kota ini mencapai 5 abad, dua tahun mendatang.
Sebagai mozaik keberagaman, bukan hanya semua suku, ras, dan agama, ada di Jakarta. Pemandangan kontras gedung pencakar langit dan gang-gang sempit pun menjadi bagian dari romantika Jakarta. Di sisi lain, tradisi lokal Betawi dipertahankan, meski terus digempur globalisasi dan glokalisasi yang sulit dihindarkan.
“Sebagai orang Betawi, saya bangga Jakarta bisa berkembang sejauh ini, memberi makna yang amat dalam pada konsep kerukunan, keharmonisan, dan keberagaman bangsa,” tegas Beky di Jakarta Minggu (22/6).
Menurut dia, hal itu tidak lepas dari peran orang Betawi yang diikenal egaliter, toleran, dan menyadari betul pentingmya menjaga keberagaman.
Di hari ulang tahun Jakarta ke-498, Beky mengajak masyarakat Betawi dan segenap warga Jakarta untuk terus menjaga keindahan mozaik keberagaman itu, yang telah menjadi jati diri mereka sejak sejak zaman dahulu kala.
“Selamat ulang tahun buat warga Jakarta, semoga dapat selalu hidup rukun dan harmoni dalam tradisi, serta siap menyambut tantangan baru sebagai warga kota global, mendunia tanpa kehilangan jati diri,” tutup Beky.