Intime – Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Iwan Setiawan meminta seluruh pihak konsisten menjaga perdamaian di Aceh yang telah terwujud melalui proses panjang dan penuh pengorbanan. Konsistensi tersebut, menurut dia, harus dijaga oleh semua elemen, mulai dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, aparat keamanan, hingga tokoh masyarakat.
Hal itu disampaikan Iwan menanggapi langkah prajurit TNI Angkatan Darat dari Korem 011/Lilawangsa yang membubarkan aksi sekelompok masyarakat membawa bendera bulan bintang simbol yang identik dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di Lhokseumawe, Aceh.
“Perdamaian Aceh tidak dicapai dengan mudah. Perdamaian itu diperoleh melalui pengorbanan darah dan nyawa. Karena itu, perdamaian Aceh harus terus dijaga dengan sangat seksama,” ujar Iwan di Jakarta, Sabtu (27/12).
Iwan menegaskan, pengibaran bendera GAM tidak boleh dinormalisasi. Menurutnya, simbol tersebut memiliki makna ideologis dan politis yang sangat kuat serta tidak dapat dilepaskan dari sejarah konflik bersenjata di Aceh.
“Simbol bulan bintang secara historis melekat pada gerakan separatis bersenjata. Karena itu, kemunculannya di ruang publik tidak bisa dianggap sebagai ekspresi biasa atau sekadar simbol budaya,” tegasnya.
Lebih lanjut, Iwan menilai, pengibaran simbol separatis menunjukkan masih adanya residu ideologi separatis atau indikasi separatisme laten. Negara, kata dia, tidak boleh memberi ruang bagi simbol-simbol yang bertentangan dengan kedaulatan dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Jika dibiarkan, hal ini berpotensi memicu efek domino dan eskalasi simbolik yang dapat mengganggu stabilitas keamanan dan perdamaian yang telah dibangun,” imbuhnya.
Iwan juga menyoroti temuan senjata api dan senjata tajam dalam peristiwa tersebut. Menurutnya, keberadaan senjata mengubah konteks kejadian dari sekadar simbolik menjadi ancaman nyata terhadap keamanan.
“Kehadiran senjata menunjukkan adanya potensi kekerasan, bukan lagi sekadar penyampaian pendapat. Ini seharusnya menjadi alasan kuat bagi aparat untuk bertindak cepat, tegas, namun tetap terukur,” katanya.
Ia pun berharap seluruh pihak dapat belajar dari sejarah konflik Aceh dan tidak membuka kembali luka lama. Menurut Iwan, menjaga perdamaian jauh lebih penting daripada mempertontonkan simbol-simbol yang berpotensi memecah belah masyarakat.
“Komitmen terhadap perdamaian harus menjadi tanggung jawab bersama, bukan hanya aparat keamanan, tetapi seluruh elemen bangsa,” tandasnya.

