Oleh: Achmad Rizki, Redaktur intime.id
Siapa tak kenal Prasetio Edi Marsudi di Jakarta. Rasanya tidak ada. Ia adalah salah satu pesohor di ibu kota. Politikus kawakan yang kini sukses memimpin DPRD DKI Jakarta selama dua periode berturut-turut.
Ini sebuah prestasi politik yang membuka jalannya untuk berkiprah lebih besar lagi. “Pras ini hebat. Di PDIP bisa dua periode Ketua DPRD DKI. Dia Punya otak “nakal” yang khas dalam politik,” ucap sohibnya almarhum Mohamad Taufik, di Pondok Ranggon, Jakarta Timur, sekitar tahun 2020.
Banyak kesan mengenai sosoknya yang tersimpan di benak orang. Teman maupun lawan dalam politik. Tetapi, nampaknya semua orang akan setuju dengan penilaian ini; “Pras adalah sosok yang memecah kebekuan komunikasi publik di DPRD DKI”. Tak berlebihan. Sebab Pras memang selalu tampil apa adanya. Ceplas-ceplos. Ini khasnya.
Bahkan, tak jarang ia tampil gayeng. Orang tertawa lepas melihat aksi lucunya. Di forum apapun. Ia selalu menyisipkan lelucon kecil yang bikin Grrrrrrrr. Misalnya saat ia memimpin rapat paripurna HUT ke-496 Kota Jakarta .
Setelah menutup secara resmi sidang paripurna, ia yang kala itu berpakaian encim (salah satu pakaian dinas resmi DPRD DKI), mengubah posisi pecinya, tidak lagi presisi dari depan ke belakang tetapi di tengah-tengah kepala. Ia lalu turun dari meja pimpinan dan berjoged bersama anggota DPRD lainnya. Mereka larut dalam iring-iringan musik yang menggema.
Pras juga kerap melontarkan banyolan-banyolan yang menghibur. Ia juga dikenal supel, akrab dengan semua kalangan. Termasuk wartawan. “Itu aslinya Om P” kata orang.
Pergaulan pertemanan, lingkungan masa mudanya membentuk karakter politisi PDIP itu. Karakter itu terbentuk secara alami dalam rentang waktu yang panjang. Bukan ekspresi tiba-tiba untuk tujuan mendulang simpati publik.
Di DPRD DKI, dia juga membuka komunikasi publik DPRD DKI yang selama ini terkesan “dingin”. Tak jarang ia melontarkan kritik-kritik tajamnya secara langsung terhadap mitra kerjanya atau melalui media sosial. Terbuka dan tidak ada yang ditutup-tutupi. Ia juga memberlakukan keharusan menyelenggarakan rapat-rapat yang terbuka di dewan Kebon Sirih. Hal itu mendorong DPRD DKI menjadi lebih terbuka.
Pada banyak kesempatan, ia juga turun langsung ke lapangan, menginspeksi projek pemerintah yang dananya bersumber dari APBD. Jejaknya terlihat jelas di banyak tempat. Ia nampak ingin membuktikan bahwa ia tidak hanya macan dibalik meja rapat tetapi juga punya prinsip dalam fungsi pengawasan.
Ini adalah legacy yang baik bagi lembaga perwakilan rakyat. Ia telah menetapkan standar yang cukup tinggi sebagai Ketua DPRD DKI. Tetapi, Om P, begitu dia biasa disapa, tetap menjunjung tinggi fair play. Om Pras bisa seperti sekarang prosesnya sangat panjang. Tidak sim salabim jadi Ketua DPRD DKI. Prosesnya sangat terjal.
Sebagai ketua DPRD DKI, ia tak menceburkan diri dalam praktik politik yang curang. Ia bekerja sebagaimana aturan menuntunnya. Sikap fair play itu boleh jadi merupakan buah dari hobinya beradu cepat di lintasan balap offroad. Meski usianya tidak lagi muda, ia tercatat sebagai salah satu atlet untuk olahraga offroad.
Kini, Om P sedang mengawal perubahan status Jakarta sebagai Ibu Kota Negara. Ia kini dihadapkan pada situasi transisi Jakarta menuju kota bisnis berskala global. Perubahan itu terjadi pada era dia menjadi Ketua DPRD DKI. Dan pekerjaan itu tidak mudah. Ia dalam porsinya sebagai legislator, harus ikut mendesain masa depan Jakarta agar selaras dengan cita-cita besar, sejajar dengan kota bisnis dunia lainnya.
Pengalaman memang guru yang terbaik. Semua yang telah dihasilkan maupun yang saat ini diperjuangkan memungkinkan ia diberi amanah besar memimpin ibu kota Jakarta. Peluangnya terbuka dan kansnya ada. Akhirnya, cerita kiprah Prasetio Edi Marsudi di ibu kota pada masa akan datang memang layak dinanti.