Ekonom Desak Menkeu Purbaya Ambil Langkah Radikal Benahi Ekonomi RI

Intime – Ekonom senior Indonesia, Ferry Latuhihi, mendesak Menteri Keuangan (Menkeu) RI Purbaya Yudhi Sadewa untuk mengambil langkah-langkah radikal dan berani dalam memperbaiki kondisi ekonomi nasional

Ia menilai tanpa terobosan besar, masalah fundamental ekonomi Indonesia di sisi pasokan (supply side) tidak akan pernah terselesaikan. Ferry juga turut menyoroti sumber pendapatan negara yang sangat bergantung pada pajak dan kerap disalahgunakan oleh banyak pihak.

“Purbaya harus berani mengambil langkah-langkah radikal untuk memperbaiki ekonomi kita. Problem ekonomi terbesar kita itu ada di Supply Side. Dan ini long-term problem yang harus segera dipecahkan lewat kebijakan fiskal radikal,” tegas Ferry kepada awak media di Jakarta, Senin (27/10).

Ferry menjelaskan, selama ini pemerintah terlalu bergantung pada pendapatan pajak, sementara dana yang terkumpul justru sering diselewengkan dalam berbagai proyek pembangunan yang tidak efisien.

“Point lainnya, semakin besar uang yang didapat negara dari swasta, semakin besar peran negara dan semakin kecil peran swasta dalam perekonomian kita, serta semakin besar ruang negara untuk menambah utang yang akhirnya menjadi beban bagi generasi dan ekonomi di kemudian hari,”’jelas Ferry.

Menurut Ferry, kondisi ini menciptakan misalokasi sumber daya (misallocation of resources), dengan contoh nyata pada sejumlah proyek pemerintah yang dinilai tidak memberikan nilai tambah signifikan bagi ekonomi nasional.

“Bangun kereta cepat Whoosh yang dimark-up gila-gilaan, bangun bandara di mana-mana sampai Kertajati jadi tempat ngangon kambing, MBG dan KMP yang tujuannya untuk dibancak,” sindir Ferry.

Ia menegaskan, solusi utama perbaikan ekonomi bukan pada proyek besar atau hilirisasi sumber daya alam, melainkan pemangkasan pajak dan pemberian ruang yang lebih luas bagi sektor swasta untuk berperan dalam pembangunan.

“Kita harus terus bersuara agar pajak-pajak dipotong supaya swasta punya ruang lebih besar berperan dalam ekonomi, sekaligus mengurangi korupsi lewat proyek pembangunan dan pengadaan,” ujarnya.

Ferry menilai, hanya dengan mengurangi dominasi negara dan memperkuat sektor swasta, target ambisius Indonesia Emas 2045 dapat tercapai.

“Kalau negara memberi ruang besar pada swasta dan mengecilkan perannya sendiri, kita bisa menuju pertumbuhan 8% seperti India atau Vietnam. Kita punya young population dan big market—tinggal beri ruang bisnis untuk tumbuh,” jelasnya.

Menutup pernyataannya, Ferry mengingatkan bahwa pemerintah perlu berani keluar dari pola lama yang terbukti tidak efektif.

“Gak ada cara lain. Bukan hilirisasi SDA kuncinya. Bukan MBG, bukan Danantara. Kuncinya itu kecilkan peran negara dan perbesar peran swasta. Pro bisnis dulu, baru pro rakyat. Karena rakyat mau kerja apa kalau bisnis pada mati,” pungkasnya.

Artikel Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Indonesia Terkini