Intime – Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR), Iwan Setiawan, menduga langkah Ketua Umum Projo Budi Arie Setiadi yang menyatakan siap bergabung dengan Partai Gerindra bukan semata keputusan pribadi. Menurutnya, ada misi politik tertentu yang juga melibatkan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Iwan menilai, skenario politik yang dijalankan Budi Arie dan Jokowi tampaknya memang dirancang untuk memperkuat posisi politik di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto.
“Kalau soal ini, menurut saya ada kaitannya dengan pernyataan Jokowi sebelumnya bahwa kekuatan politik Jokowi, termasuk relawan-relawan, akan mendukung Prabowo-Gibran dua periode,” kata Iwan kepada wartawan di Jakarta, Rabu (5/11).
Menurut Iwan, langkah tersebut merupakan bentuk strategi politik jangka panjang untuk menjaga posisi Gibran Rakabuming Raka di pemerintahan setelah 2029. Ia menilai Jokowi sadar bahwa peluang Gibran untuk maju sebagai calon presiden (capres) pada Pilpres 2029 masih terlalu berat.
“Memang bagi Jokowi, untuk mendorong Gibran maju dan bertarung sebagai capres pada 2029 kurang realistis. Yang realistis adalah Gibran dijadikan cawapres lagi,” ujar Iwan.
Lebih lanjut, Iwan menjelaskan, pernyataan dan langkah politik Jokowi belakangan ini juga tidak lepas dari tekanan terhadap kelompok politik Solo. Ia menyinggung sejumlah isu yang dianggap menyerang Jokowi dan Gibran.
“Situasi politik sekarang memang sedang memojokkan kekuatan politik Solo. Mulai dari isu ijazah Jokowi dan Gibran, proyek IKN, hingga Kereta Cepat Whoosh. Semua itu dianggap sebagai upaya mendiskreditkan kelompok politik Solo dan menghambat Gibran di kontestasi politik 2029 nanti,” jelasnya.
Karena itu, menurut Iwan, Jokowi perlu mengeluarkan pernyataan yang menegaskan arah dukungan politiknya sekaligus memberi sinyal kepada Prabowo dan Partai Gerindra agar tetap menjaga koalisi.
“Selain itu, dari sekarang akan bermunculan calon-calon cawapres lain yang berpotensi menjadi pesaing Gibran, seperti AHY, KDM, Purbaya, Bahlil, dan Puan Maharani,” tuturnya.
Iwan juga menilai, langkah Budi Arie yang membawa Projo bergabung ke Gerindra merupakan bagian dari strategi untuk mengamankan posisi politik Jokowi di dalam pemerintahan Prabowo.
“Dengan disusupkannya Projo ke jantung kekuasaan lewat Gerindra, hal itu menjadi cara untuk menjaga dan memantau dinamika politik dari dalam hingga menjelang 2029,” pungkas Iwan.

