DPR Desak Kemenhub Ungkap Penyebab Kecelakaan Mobil vs KA Feeder Kereta Cepat Whoosh

Tabrakan maut antara KA Feeder Whoosh dengan mobil terjadi di lintasan tanpa palang pintu di Kampung Sumur Bor, Kabupaten Bandung Barat pada Kamis (14/12).

Mobil minibus berwarna abu-abu dengan nomor polisi D 1859 AJY itu terseret kurang lebih sejauh 500 meter. Akibat insiden maut tersebut, lima orang tewas.

Anggota Komisi V DPR RI Suryadi Jaya Purnama mendesak Kementerian Perhubungan (Kemenhub) untuk segera mengungkap penyebab terjadinya kecelakaan tersebut.

“Mendesak Kementerian Perhubungan agar tidak membiarkan masalah perlintasan sebidang ini berlarut-larut. Sehingga terus menimbulkan korban mengingat hal ini sudah dibahas bersama dengan Komisi V DPR RI dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) pada 14 September 2022,” ujar Suryadi dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Senin (18/12).

Saat rapat tersebut, ia meminta Direktorat Jendral Perkeretaapian (DJKA) Kemenhub, PT. Kereta Api Indonesia (KAI), dan PT. Kereta Commuter Indonesia (KCI) untuk melakukan upaya-upaya solutif atas permasalahan kecelakaan di perlintasan sebidang, di antaranya dengan kebijakan Early Warning System (EWS).

“Selain itu, Komisi V juga telah meminta DJKA Kemenhub untuk melakukan koordinasi dan bersinergi dengan Pemerintah Daerah dan stakeholder lainnya untuk mengatasi dan mengantisipasi kecelakaan di sekitar perlintasan sebidang, dan juga mengatasi keberadaan perlintasan sebidang ilegal dan tidak dijaga,” tegasnya.

Berdasarkan pernyataan PT KAI Daerah Operasi (DAOP) 2 Bandung, lanjutnya, terungkap bahwa pelintasan sebidang di Cilame tersebut memang tidak dijaga petugas khusus sehingga rawan terjadi kecelakaan. “Selain itu, kerawanan itu juga terjadi di banyak daerah di DAOP 2 lainnya karena ternyata 199 dari 331 pelintasan kereta tidak dijaga,” ujarnya.

Dampaknya, kata Politisi Fraksi PKS DPR RI itu, sepanjang tahun 2023 ini terjadi 11 kecelakaan kendaraan roda empat dan roda dua tertabrak kereta di wilayah DAOP 2 Bandung sehingga lima orang meninggal dan enam terluka.

“FPKS mendorong agar penanganan hal ini diproritaskan mengingat DJKA telah menganggarkan pada tahun 2023 lahan untuk penanganan perlintasan sebidang antara Padalarang-Bandung bagi KA feeder untuk kereta berkecepatan tinggi Jakarta-Bandung atau Whoosh,” tandasnya.

Hal ini, tutur Suryadi Jaya Purnama, sangat penting bagi operasional Kereta Cepat Whoosh. Hal itu karena jika KA Feeder mengalami hambatan kecelakaan di perlintasan sebidang, maka para penumpang akan terlambat sehingga tidak merasakan layanan yang sifatnya cepat lagi.

“Tambahan lagi, terkait dengan taksi online yang ditabrak KA, FPKS mengusulkan agar DJKA bekerja sama dengan seluruh pihak aplikator taksi online dan penyedia aplikasi peta digital untuk memasukkan titik-titik perlintasan sebidang, baik yang terdaftar, ilegal, dijaga maupun tidak dijaga,” tegasnya.

Aplikasi taksi online dan peta digital, tuturnya, dapat secara otomatis memberikan rekomendasi untuk tidak melewati titik-titik perlintasan sebidang ilegal atau tidak dijaga.

“Aplikasi tersebut sekaligus menyampaikan kampanye keselamatan dari jarak yang cukup bagi pengguna kendaraan untuk bersiap-siap sebelum sampai ke lokasinya agar tidak lalai menerobos pintu perlintasan,” tutup Suryadi.

Artikel Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Indonesia Terkini