Pilpres 2024, PPP Punya Stok Kader Mumpuni

Pemilihan Umum (Pemilu) serentak 2024 masih dua tahun lagi. Namun pesta demokrasi lima tahunan itu telah menjadi magnet politik karena menarik bagi siapapun yang berkepentingan.

Di tengah menjamurnya parpol baru dan eforia Capres/Cawapres 2024, PPP tentu perlu melakukan langkah politik strategis.

Tak dapat dipungkiri, keberadaan PPP sebagai partai Islam tertua tidak hanya penting bagi aspirasi politik umat Islam, tetapi juga pertumbuhan demokrasi dan pendewasaan kehidupan kebangsaan. Oleh karena itu, sangat tepat bagi PPP diusianya yang menjelang 50 tahun pada 2023 nanti, untuk merespon pemilu serentak 2024 dengan konsolidasi dan menominasikan kader-kadernya sebagai jawaban atas harapan umat Islam.

PPP selama ini dikenal publik dengan konsistensi ideologis sebagai parpol Islam sekaligus parpol dengan komitmen kebangsaan yang tidak diragukan lagi. Hal ini karena secara karakteristik struktural keislaman PPP yang rahmatan lilalamin.

Kemampuan PPP untuk mengakomodir semua kelompok Islam mengantarkan PPP sebagai rumah besar umat Islam. Konsistensi ideologis ini tentu perlu diartikulasikan dengan perjuangan politik untuk mengantarkan kader-kader potensial sebagai capres/cawapres dalam struktur kekuasaan, terutama melalui pilpres 2024.

Menurut Usni Hasanudin, Wakil Sekretaris Majelis Pakar DPP PPP, potensi kader internal sangat mumpuni dan banyak stok yang bisa menjawab kerinduan umat Islam.

Lanjutnya, figur-figur seperti Ketua Umum PPP, Soeharso Monoharfa yang saat ini masih menjadi Menteri Bapennas, atau Zainut Tauhid selain wakil ketua umum juga menjadi Wakil Menteri Agama, Arsul Sani yang kini menjadi Wakil Ketua MPR dan Wakil Ketua Umum atau Amir Uskara selain ketua Fraksi juga wakil ketua umum, adalah kader tangguh, mumpuni dan memiliki kemampuan untuk memimpin dan memecahkan masalah yang dihadapi bangsa dan negara.

Figur seperti mereka tentu saja sangat layak untuk didukung sebagai Capres maupun Cawapres.

Bagi Usni, langkah PPP mengusung kader internal bukanlah eforia politik, namun logis dan perlu dilakukan oleh PPP. Setidaknya ada tiga manfaat kalau PPP memajukan calonnya sendiri yakni

Pertama, strategi utk meraih coattail effect. Popularitas dan elektabilitas kader sebagai capres/cawapres diharapkan dapat menjadi insentif elektoral bagi PPP dalam pemilu legislatif.

Kedua, Usni yang juga selaku Wakil Ketua Umum AMK, PPP memiliki isu selain konsolidasi ideologis untuk menggerakkan mesin struktural partai. Mengusung kader internal diharapkan tidak hanya membangkitkan political confidency seluruh stakeholder partai, tetapi juga memecahkan kejenuhan masyarakat terhadap figur-figur yang telah ada sebelumnya. Dengan demikian, ada dua manfaat yaitu manfaat struktural dan manfaat keumatan yang dapat dicapai oleh PPP.

Ketiga, strategi untuk meningkatkan posisi tawar atau bargaining politik dengan parpol lain. Jika potensi elektabilitas kader tinggi maka tentu PPP memiliki modal politik yang memadai untuk membangun poros politik baru dan menginisiasi koalisi politik yang menjanjikan bagi kepentingan umat Islam, bangsa dan negara.

Oleh karena itu, Doktor Ilmu Pilitik menegaskan PPP tidak bisa tinggal diam dan menjadi penonton politik. Ini saat yang tepat untuk meraih momentum dan meneguhkan kiprah partai menjelang setengah abad usia partai.

Artikel Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Indonesia Terkini